Berbukalah
dengan yang manis, sering disampaikan, bahkan ada yang memandangnya ini sunnah Nabi. Namun banyak
yang salah mengartikan. Akibatnya bukan sehat yang didapat.
Riwayat
menyebutkan Rasulullah berbuka dengan rutab
(kurma yang lembek) sebelum shalat. Jika tidak terdapat rutab, maka beliau berbuka
dengan tamr (kurma
kering). Jika tak ada tamr,
beliau meneguk air.
Pertanyaannya,
apakah sama antara kurma dengan makanan yang manis-manis lainnya yang biasa
disantap saat berbuka puasa? Pramono, ahli gizi dari Banjarmasin, menegaskan,
ini tidak sama.
Kurma
adalah karbohidrat kompleks (complex
carbohydrate). Sebaliknya, gula yang terdapat dalam makanan atau
minuman manis yang biasa kita konsumsi adalah karbohidrat sederhana (simple carbohydrate).
"Pendapat
umum bahwa berbuka puasa harus makan dan minum yang manis seakan-akan adalah sunnah Nabi. Sebenarnya
tidak demikian. Bahkan sebenarnya berbuka puasa dengan makanan manis-manis yang
penuh dengan gula (karbohidrat sederhana) justru merusak kesehatan," jelas
Pramono.
Ketika
berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Nah, jika kita makan yang manis-manis,
kadar gula darah akan melonjak naik, langsung. Menurut Pramono, hal ini sangat
tidak sehat.
Kurma,
sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah,
adalah karbohidrat kompleks, bukan gula (karbohidrat sederhana).
Untuk menjadi glikogen, karbohidrat
kompleks memerlukan perlu proses yang lama. Dengan demikian, kadar gula tidak
langsung membuat kadar gula melonjak secara drastis.
Jadi,
hati-hatilah memilih makanan manis sebagai menu pembuka puasa...
No comments:
Post a Comment